Pembagian team pengelola perbidang
Profil
Mudir theelhawi, Sebagai penanggung jawab atas seluruh kegiatan theelhawi. Penulis buku-buku materi islam serta dosen di bagian pendidikan agama islam, Pekanbaru.
Lahir di Kuok pada tanggal 29 Mei 1978. Putra pertama bapak Syamsibar dan Mahyarwati. Menikah dengan Yurseninda binti Dawinar Dt. Paduko Alam tanggal 10 Maret 2021 M. Dengan dikaruniai tiga orang anak yaitu Hilya Raudhatul Jannah, Muhammad Amirul Hasan, dan Hafiz Naufal.
Pendidikan
-Pendidikan dasar hingga sekolah menengah ke atas di Riau.
-Sarjana pendidikan islam di universitas UIN SUSKA RIAU (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim)
-Magister pendidikan agama islam di universitas UIN SUSKA RIAU
-Sedang menuntut ilmu untuk Doktor Pendidikan agama islam di universitas UIN SUSKA RIAU
Karya Penulis
-Islam dan ilmu pengetahuan
-Berkenalan dengan malaikat
-Surat surat dari langit
-Dan beberapa buku lainnya
Profil
Bendahara yayasan Tarbiyah Wa Thibyah Elhawi seta pembimbing paud theelhawi. Berprofesi sebagai pengajar kanak-kanak selama kurang lebih 20 tahun. Allaahu yahfazhha.
Pendidikan
-pendidikan dasar hingga sekolah menengah ke atas di Riau.
-sarjana pendidikan islam di universitas UIN SUSKA RIAU (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim)
Profil
Hilya Raudhatul Jannah Elhawi, seorang penuntut ilmu yang ingin mengabdikan ilmunya kepada sebagian penuntut ilmu lainnya untuk menuai faedah. Sebagai instruktur di program pendidikan MED & ID School.
Kelahiran
Lahir pada tanggal 30 Muharram 1423 H / 13 April 2002 M. Bertempat tinggal di Pekanbaru-Riau.
Theelhawi merupakan salah satu tempat ana mengabdikan ilmu kesehatan (eastern medicine / الطب الشرقي) & secuil dari ilmu addin yang dimiliki agar ia semakin kokoh dalam muroja’ah.
Sanad hadist, tajwid dan alqur’an merupakan amanah yang juga harus diteruskan kepada penuntut ilmu lainnya agar ia tidak terputus.
Pendidikan
Profil
Sebagai salah satu pengajar di program pendidikan ID School matkul lughoh dan koordinator halaqoh ID Serial serta sebagai team ID theelhawi.
Di luar, salah satu pengajar Ma’had Al Furqon, Pondok pesantren Madania An Nabawiyah-Riau.
Pendidikan
Kisah perjalanan bibah hilyah elhawi menekuni ilmu eastern medicine.
Rasa cinta terhadap ilmu kedokteran timur ini muncul saat berada di sekolah dasar, pada saat itu ilmu kesehatan yang paling cenderung di otak ana adalah Thibbunnabawi. Diawali dengan sering-sering membaca sampai rasa ingin tahu itu menjadi semakin kuat. Pada saat itu tidak ada guru khusus yang membimbing terhadap ilmu tersebut hanya berpedoman kepada buku-buku karena ana pun tidak tahu harus belajar ke siapa.
Sampai akhirnya memasuki jenjang SMP, saat itulah rasa cinta terhadap ilmu kesehatan itu semakin kuat baik eastern medicine ataupun western medicine. Setiap pekan perpulangan di asrama selalu membawa bekal buah-buahan untuk simpanan sepekan kedepan dan dimakan setiap pagi sebelum pelajaran pagi dimulai, semua makanan di identikkan dengan yang sehat-sehat.
Seseorang yang sudah masuk pada tahap cinta akan sesuatu pasti dia akan tergerak untuk mempraktikkannya dan terus mencari tahu tentangnya.
Guru pertama dalam kesehatan ilmu cupping medicine adalah ummi (My beloved mother), banyak mencontek ilmu tersebut dari beliau yang pada saat itu cara belajar ana lebih kepada melihat (praktek) bukan teori. Semakin bertambah ilmu semakin kuat rasa ingin mendalaminya, sampailah akhirnya masa SMP terlalui dan memasuki jenjang SMA.
Di jenjang SMA inilah kefokusan ilmu kesehatan jauh lebih kuat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sampai-sampai di jam istirahat semasa sekolah dijadikan schedulle untuk menemui guru-guru eastern medicine. Bahkan sempat diwaspadai (dimata-matai) oleh staf, teman dan sebagian guru disekolah karena dikhawatirkan melakukan hal-hal yang kurang berkenan (karena suka mencuri-curi waktu) ketika menemui guru-guru kesehatan yang menurut ana sangat ana butuhkan penjelasan beliau-beliau untuk memantapkan ilmu ini. Ditahap inipun ana lebih banyak belajar dengan cara bertanya, bukan belajar beruntun dari pemahaman awal hingga alur-alur berikutnya. walaupun ana mengetahui tidak semua guru tentunya suka dengan sikap tersebut, tapi begitulah cara ana pada saat itu karena tidak begitu menguasai sebenarnya harus dari mana memulainya. Sehingga dari pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang diberikan tersebut sedikit ana mulai bisa merangkum apa saja yang difahami dalam ilmu kedokteran ini.
Terkadang didalam belajar itu ada beberapa penjelasan guru yang belum bisa kita fahami karena setiap cara mengajar guru itu berbeda-beda, jadi jika ada suatu materi yang belum terfahami pada salah seorang guru, ana akan terus mencari sampai menemui guru yang melewati beliau ana menjadi faham dengan materi yang tidak difahami sebelumnya. Karena mungkin siswi yang lain bisa faham dengan suatu penjelasan seorang guru tapi bisa juga ada yang tidak faham/belum faham dengan penjelasan tersebut dikarenakan bedanya cara belajar masing-masing.
Disini ana faham bagaimana caranya agar faham dan semakin terbuka fikiran dengan terus mencari dan menuntut ilmu ke beberapa guru hingga ana faham.
Sedikit motivasi disini bagi diri pribadi tentunya, karena banyak menghabiskan fulus untuk bolak balik menuntut ilmu, menghabiskan fulus untuk alat-alat, ini juga mengingatkan ana akan berbagai banyak kisah penuntut ilmu terdahulu sampai mereka ada yang harus menjual alat-alat kebutuhan masak ibunya hanya karena untuk kebutuhan bepergian menuntut ilmu. Betapa mahal dan berharganya ilmu tersebut, disinilah bentuk perjuangan seorang penuntut ilmu, setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
SMA adalah masa-masa banyak menghabiskan waktu di ilmu ini, banyak mengumpulkan buku-buku medicine untuk tambahan pemahaman, banyak membaca, mendengar, mengikuti halaqoh-halaqoh Eastern Medicine atau menemui guru-guru yang ingin ana ambil ilmu dari beliau-beliau AhsanaAllahu ilaikum.
Tidak lepas dari perjuangan abi dan ummi juga sebagai pensupport dalam pendidikan ini, sampai harus ikut mengantarkan ujian bolak balik keluar kota.
Sampailah pada saat ini, Alhamdulillah Allah beri kepercayaan untuk bisa lebih memantapkan ilmu tersebut dengan cara mengabdikannya kepada sebagian kaum muslimin dengan sedikitnya ilmu yang masih dimiliki. Dengan penuh harap agar ilmu tersebut tetap termuroja’ah dan berharap bisa sangat berfaedah bagi mereka yang mengambilnya.
Ana pribadi melihat ilmu Eastern medicine ini banyak diminatinya oleh ummahat-ummahat yang sudah panjang perjalanan hidupnya, sudah ¼ abad, ½ abad baru menyadari akan ilmu kesehatan tabi’at yang telah Allah berikan jauh sebelum penemuan-penemuan kedokteran konvensional.
Bahkan kebanyakan dari kita benar-benar menganggap itu adalah ilmu kuno “untuk apa dipelajari karena sekarang sudah ada ilmu kesehatan yang paling recomended yaitu kedokteran konvensional”.
Kedokteran konvensional bukanlah suatu ilmu yang rendah atau bahkan tidak berguna. Ia tetap ilmu yang begitu MaasyaAllah membahas tentang tubuh ini dan itu juga termasuk cita-cita ana pribadi untuk menekuninya agar bisa bergelut di dua bidang kedokteran yang berbeda sudut pandang tersebut. Namun maksudnya adalah, ilmu kesehatan yang sudah islam jelaskan dalam Al-Qur’an dan sunnah apakah tidak merupakan suatu aib jika kita tidak mengenalnya ?
Hingga umur segitu kita baru berkata, “oh ada ya ilmu itu ?”, MaasyaAllah.
Kedua-duanya merupakan ilmu yang penting untuk difahami bagi mereka yang sangat ingin menekuni ilmu kesehatan secara full. Karena kedua-duanya sangat dibutuhkan, saling melengkapi, hanya tinggal difahami kapan kita membutuhkan atau kapan kita memihak kesalah satu dari keduanya atau bahkan kedua-duanya dipakai dalam satu waktu.
Ilmu kesehatan adalah ilmu wajib bagi seorang muslim terlebih lagi wanita, setidaknya memahami konsep kesehatan yang sesuai dengan tabi’at walaupun hanya dasarnya saja yang baru dikuasai.
Berbeda dengan mereka yang benar-benar serius menekuni tentu membutuhkan waktu yang cukup panjang seperti mengumpulkan air yang ada di lautan tak akan pernah habis atau ibarat pohon yang begitu banyak rantingnya, dimulai dari kita hanya fokus memanjat satu batang pohon yang merupakan intinya kemudian dilanjut menemui ranting yang besar untuk kita pijak sampailah akhirnya tiap saat kita temui ranting-ranting tersebut sebagai cabang-cabang ilmunya. Ilmu ini tidak akan pernah habis dipelajari, ia akan menjadi pelajaran seumur hidup sebagaimana tidak ada habisnya ilmu addin untuk kita pelajari.
Imam Syafi’i Rahimahullah mengatakan “Ilmu itu ada dua : Ilmu Ad Diin (agama) dan Ilmu Pengobatan Badan (kedokteran).
(Syaikh Salim Al-Hilali dalam Muqoddimah Shahih Thibbun Nabawi).
Jadi dua ilmu tersebut begitu penting untuk diperjuangkan oleh kaum muslimin sebagaimana Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya maka dengan itu kita menuntut ilmu agama agar tidak jauh dari kesalahan, dan bagaimana caranya agar kita bisa menekuni ilmu agama itu, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi mukmin yang kuat yang tidak gampang sakit agar ibadah kita lancar karena orang yang sakit banyak ibadah dalam bentuk gerakan yang akhirnya tidak bisa ia kerjakan atau lainnya sehingga dengan itu kita butuh untuk mempelajari ilmu kesehatan
setidaknya pemahaman bentuk kesehatan sesuai tabi’at
Semoga Allah memudahkan dan mengistiqomahkan kita semua dalam menuntut ilmu, bersendawa gurau terhadap ilmu.
YassaraAllahu lanaa.
Tempat para penuntut ilmu menimba ilmu-ilmu kesehatan berbasic timur serta ilmu-ilmu bahasa, al Qur’an, du’a dan hadits
Copyright 2021 – theelhawi.com